Rubber duck debugging
Menurut buku The Pragmatic Programmer karya Andrew Hunt dan David Thomas, Rubber duck debugging adalah sebuah metode debugging kode dengan mengartikulasikan problem kepada sebuah objek (dalam kasus ini sebuah bebek karet) secara verbal atau tulisan dari buku the pragmatic programmer. Metode debugging ini dimaksudkan untuk pemrogram menjelaskan masalah line by line dengan mengevaluasi dari perspektif lain, dalam hal ini benda mati. Dengan demikian pemrogram dapat menyelesaikan masalahnya tanpa mengganggu orang lain.
Hal tersebut jadi poin terakhir dari weekly journal yang Saya tulis di minggu pertama Januari 2024. Menulis adalah salah satu cara saya menyelesaikan masalah ala rubber duck debugging dimana tulisan saya adalah si benda mati yang saya coba uraikan. Memang tidak se menyelesaikan itu, tapi lumayan menenangkan.
Bahas-bahas masalah, memang ada masalah apa di minggu pertama ini?
“Apa kabar hidup?” adalah pertanyaan teman saya kamis 4 Januari lalu. Saya yang sedang menunggu antrian ke customer service BNI mendapat pertanyaan tersebut. Bingung karena jarang ditodong pertanyaan seperti itu, Saya pun jadi menyambungkan ke perasaan. Iya saya bingung.
Di kepala hadir pikiran tentang umur, karir dan lingkungan. Ada perasaan terisolasi karena Saya merasa tertinggal dibanding teman-teman. Progresi karir di market job 2023 yang tidak begitu baik menjadikan saya lebih merasa insecure jika bicara sama teman-teman. Setelah saya refleksikan kembali, kekhawatiran tersebut ternyata sudah hadir dari kuliah. Dulu saya takut jika harus mengulang mata kuliah karena Saya selalu merasa teman-teman saya jauh lebih pandai dibanding saya.
Melihat karir teman-teman yang sudah bisa dibilang baik, Saya kadang merasa sedikit down. Ada perasaan dikejar waktu dari orang-orang sekitar, terutama orangtua. Memang mereka tidak pernah berbicara terkait umur dan sebagainya, namun Saya suka sedih sendiri jika melihat jarak usia antara kami bertiga. Merunut masalah kembali ke Saya yang takut tidak maksimal dalam membuat orangtua saya bangga dengan hidup saya, takut tidak ada waktu. Apa ya yang harus Saya lakukan?
Ikhlas, 9 bulan dirumah sepertinya cara Allah Subhanallahu wa ta’ala buat memberi tahu Saya untuk belajar ikhlas menerima ketetapanNya. Wallahualam mungkin Saya cuma bisa mengusahakan apa yang ada didepan.
Pada hari Sabtu, Saya diajak mengobrol dengan teman-teman kuliah. Memulai hari dengan pergi mencari rute berangkat magang, kurang teliti tap kartu busway dari cikoko yang harusnya arah timur malah ke arah barat, alhasil harus keluar lagi dan rugi 7000, tapi tidak apa, experience is the best teacher kata orang-orang
Melanjutkan rute menggunakan 9C untuk survey pemberhentian bus stop jamsostek, karena halte gatot subroto jamsostek ternyata sedang di revitalisasi. Kurangnya pengetahuan tentang rute busway, ternyata 9C mengarah ke senayan dan memang tidak berhenti di jamsostek tapi tak apa bingung bingung sedikit menuntun Saya ke senayan dengan busway itu.
Turun di senayan jadi punya beberapa footage foto.
melanjutkan perjalanan ke Blok M menggunakan MRT dari Senayan, memang sudah ada janji sama Fauzan dan alif buat kesana. Kabar baik Fauzan ada rezeki kerja di Malaysia, keren. Saya ikut senang.
Bahas karir sedikit dan kestabilan dalam hidup, melihat sudut pandang lain dari mereka terkait hidup yang mana memang harus dijalani dengan enjoy. Bicara tentang industri tech yang semakin hari semakin challenging, Bahas passion dan juga apa yang mau dikejar. Mungkin memang bukan sekarang waktunya Saya buat S2, nyatanya Saya belum tau karir apa yang sekiranya cocok dan bisa inline sama kesenangan saya hingga tua.
Kelebihan dan kekurangan industri IT jadi hal pertimbangan terkait jalan hidup, apa iya masih se menyenangkan itu, atau jika diparafrase, apa iya terlihat se menyenangkan itu dengan industri ini? entah.
Mungkin jadi pekerjaan rumah berikutnya untuk mikirin mau fokus kemana dengan melihat tanda-tandaNya.
Bicara kembali soal bebek, sepertinya memang benar kalau rubber duck debugging bisa bekerja dengan baik. Menulis adalah salah satu cara saya menyelesaikan masalah ala rubber duck debugging. Saya menarasikan serta mendokumentasikan perjalanan pikiran saya, dengan sendirinya saya menemukan jawaban dari apa yang saya risaukan. Ikhlas adalah jawabannya. Dengan menuliskan hal yang saya risaukan, saya jadi bisa lebih menerima diri saya sendiri. Sedikit saya sadari juga bahwa Saya merasa lebih mudah mencerna opini orang lain juga dan sudah tidak begitu hidup dengan ngotot.
-Saya-